Sejarah Perkembangan Bulukumba

Senin, Oktober 01, 20120 komentar

 Bulukumba adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Bulukumba berjarak kurang lebih 150 km dari Kota Makassar (ke arah selatan). Ada beberapa kelebihan yang dimiliki kota berjuluk “Butta Panrita Lopi” ini, antara lain lahirnya seorang pahlawan nasional bernama Andi Sultan Daeng Radja, kawasan adat “desa hitam” Kajang, kawasan pantai pasir putih Tanjung Bira, makam Dato Tiro (salah seorang pembawa agama Islam di Sulawesi Selatan), serta pembuatan perahu tradisional Phinisi.

Nama Bulukumba mungkin tidak terlalu dikenal di pentas nasional. Banyak orang yang berkerut keningnya kalau ditanya tentang Kabupaten Bulukumba. Namun bagi mereka yang suka berekreasi atau berkunjung ke objek-objek pariwisata, nama Tanjung Bira bukanlah sesuatu yang asing.

Para penggemar alam bawah laut juga banyak yang telah menyelam (diving) dan menikmati indahnya pemandangan alam bawah laut di Tanjung Bira.

Perahu phinisi juga lebih terkenal dibandingkan nama Bulukumba, padahal perahu phinisi awalnya berasal dari Bulukumba.

Banyak hotel yang menamakan salah satu ruangan pertemuan mereka dengan sebutan Bira Room atau Phinisi Room.

Sepintas lalu sebagian orang tidak terlalu mengenal apa itu Bira dan atau Phinisi, tetapi setelah melihat lukisan, foto, miniatur perahu phinisi, dan berbagai suvenir yang berada di dalam atau di sekitar ruangan tersebut (Bira Room dan Phinisi Room), maka mereka akan segera tahu bahwa Bira itu adalah salah satu pantai pasir pasir putih yang indah di Kabupaten Bulukumba. Mereka juga akan segera tahu bahwa perahu phinisi itu adalah perahu tradisional dari Kabupaten Bulukumba.

Nama Bulukumba juga dikenal karena adanya kawasan adat Kajang. Kawasan ini dihuni etnis Kajang yang hingga kini masih menjaga tradisi kehidupannya secara turun-temurun, antara lain selalu memakai pakaian hitam, tidak menggunakan alas kaki, dipimpin oleh seorang kepala suku (Ammatoa), serta menjaga kelestarian hutan.
Konon, Ammatoa dan sejumlah orang Kajang memiliki ”ilmu” yang bisa meramalkan atau ”melihat” kejadian yang datang, dapat menyembuhkan orang sakit, serta kebak terhadap api dan benda-benda tajam.

Bagi para ahli sejarah Islam, nama Bulukumba juga ditemukan karena pernah ada salah seorang penyebar agama Islam di Sulawesi Selatan yang kemudian bermukim dan akhirnya meninggal dunia di Bulukumba.

Orang tersebut bernama asli Abdul Jawad, yang menyebarkan Islam di wilayah bahagian selatan Sulawesi Selatan, utamanya di Kabupaten Bulukumba yang menekankan pelajaran tasawwuf kepada rakyat.

Abdul Jawad mengajarkan tasawwuf karena masyarakat Bulukumba ketika itu lebih menyukai hal-hal yang bersifat kebatinan. Abdul Jawad kemudian meninggal dunia di Kecamatan Bontotiro dan digelari Dato Tiro atau Datok ri Tiro. Makamnya hingga kini selalu ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru tanah air dan dari luar negeri.

Sumber :
http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BULUKUMBA NEWS | INFO SEPUTAR BULUKUMBA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger