Beruntunglah pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bulukumba, karena banyak orang Bulukumba yang senang mempelajari sejarah. Mereka tidak hanya mempelajari sejarah dunia dan sejarah nasional, melainkan juga mempelajari sejarah Bulukumba.
Salah seorang di antaranya ialah Prof Dr H Ahmad Mattulada (alm). Dari hasil kajiannyalah akhirnya terungkap asal-usul nama Bulukumba.
Konon, nama Bulukumba berawal dari perang mulut dan perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yaitu Kerajaan Gowa (Makassar) dan Kerajaan Bone (Bugis).
Peristiwa tersebut terjadi pada abad ke-17 Masehi. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kokkong" (tanah yang ada dalam genggaman), di situlah utusan Raja Gowa (Makassar) dan Raja Bone (Bugis) bertemu. Mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
"Bangkeng Buki" (kaki bukit), yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang (perut besar; lompo=besar, battang=perut) diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras mempertahankan Bangkeng Buki sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.
Pihak Kerajaan Bone mengatakan ”Bulu’ku mupa” yang berarti masih gunung saya. Kata itulah yang kemudian dipakai sebagai nama daerah sengketa antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone.
Besar kemungkinan ”Bulu’ku mupa” inilah yang kemudian mengalami perubahan menjadi Bulukumpa dan Bulukumba.
Mungkin karena lidah orang Gowa (Makassar) sulit mengucapkan kata ”bulu’ku mupa”, akhirnya mereka mengucapkan kata ”Bulukkumba” yang kemudian berubah menjadi ”Bulukumba”.
Di pihak lain, orang Bone (Bugis) juga sulit mengucapkan kata ”Bulukkumba” atau ”Bulukumba”, akhirnya mereka mengucapkan kata ”Bulukumpa.”
Bulukumpa kini menjadi nama salah satu kecamatan di Bulukumba, sedangkan Bulukumba menjadi nama kabupaten.
Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada, dan hingga kini resmi menjadi sebuah kabupaten, yaitu Kabupaten Bulukumba.
Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–undang nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi.
Undang-undang itu kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah.
Setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994, dengan narasumber Prof Dr H Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah nomor 13 tahun 1994.
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selajutnya dilakukan pelantikan bupati pertama Bulukumba yaitu Andi Patarai, pada tanggal 12 Februari 1960.
Salah seorang di antaranya ialah Prof Dr H Ahmad Mattulada (alm). Dari hasil kajiannyalah akhirnya terungkap asal-usul nama Bulukumba.
Konon, nama Bulukumba berawal dari perang mulut dan perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yaitu Kerajaan Gowa (Makassar) dan Kerajaan Bone (Bugis).
Peristiwa tersebut terjadi pada abad ke-17 Masehi. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kokkong" (tanah yang ada dalam genggaman), di situlah utusan Raja Gowa (Makassar) dan Raja Bone (Bugis) bertemu. Mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
"Bangkeng Buki" (kaki bukit), yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang (perut besar; lompo=besar, battang=perut) diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras mempertahankan Bangkeng Buki sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.
Pihak Kerajaan Bone mengatakan ”Bulu’ku mupa” yang berarti masih gunung saya. Kata itulah yang kemudian dipakai sebagai nama daerah sengketa antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone.
Besar kemungkinan ”Bulu’ku mupa” inilah yang kemudian mengalami perubahan menjadi Bulukumpa dan Bulukumba.
Mungkin karena lidah orang Gowa (Makassar) sulit mengucapkan kata ”bulu’ku mupa”, akhirnya mereka mengucapkan kata ”Bulukkumba” yang kemudian berubah menjadi ”Bulukumba”.
Di pihak lain, orang Bone (Bugis) juga sulit mengucapkan kata ”Bulukkumba” atau ”Bulukumba”, akhirnya mereka mengucapkan kata ”Bulukumpa.”
Bulukumpa kini menjadi nama salah satu kecamatan di Bulukumba, sedangkan Bulukumba menjadi nama kabupaten.
Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada, dan hingga kini resmi menjadi sebuah kabupaten, yaitu Kabupaten Bulukumba.
Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–undang nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi.
Undang-undang itu kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah.
Setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994, dengan narasumber Prof Dr H Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah nomor 13 tahun 1994.
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selajutnya dilakukan pelantikan bupati pertama Bulukumba yaitu Andi Patarai, pada tanggal 12 Februari 1960.
Sumber:
http://kabupatenbulukumba.blogspot.com
Posting Komentar